Kala Kasih Memudar
Semakin sulit menemukan orang yang bisa bertanya mengapa dan mulai melihat dari berbagai sisi
Semua mulai aman dalam pandangan diri dan apa kata hati
Menyakiti jadi lebih melegakan ketimbang memperhatikan perasaan orang lain
Ya, sebenarnya sampai saat ini dapat dipastikan bahwa kita kerap terjebak
Terjebak dalam mindset, pandangan, apa kata orang
Sampai-sampai mulai lupa mempertanyakan sendiri..
Terlalu banyak mendapat informasi, tapi mungkin bukan dari narasumber yang tepat
Sementara itu dengan lantangnya kita menganggap kita benar
Tanpa sadar kita sudah pergi terlalu jauh dari kebenaran itu
Menyimpang ke jalan yang diberitahu bahkan mungkin dari orang yang salah juga, orang yang tidak tahu jalan sebenarnya untuk sampai ke titik tujuan
Berapa kali lagi harus membuat orang lain menjadi apatis, kecewa, bahkan menangis?
Dengan kata-kata yang begitu menyakitkan, yang sebenarnya terlalu cepat disampaikan hingga menjadikan orang lain terluka
Masihkah ada pribadi yang memperdulikan perasaan orang lain seperti memperdulikan dirinya sendiri? Masih adakah pribadi yang berani mengucap maaf ketika telah menyakiti, meski harus merendahkan dirinya sedemikian rupa?
"Tuhanku bila hati kawanku, terluka oleh tingkah ujarku, dan kehendakku jadi panduku, ampunilah... Jikalau tuturku tak semena, dan aku tolak orang berkesah, pikiran dan tuturku bercela, ampunilah... dan hari ini aku bersembah serta padaMu, Bapa, berserah, berikan daku kasihMu mesra. Amin, amin"
Semua mulai aman dalam pandangan diri dan apa kata hati
Menyakiti jadi lebih melegakan ketimbang memperhatikan perasaan orang lain
Ya, sebenarnya sampai saat ini dapat dipastikan bahwa kita kerap terjebak
Terjebak dalam mindset, pandangan, apa kata orang
Sampai-sampai mulai lupa mempertanyakan sendiri..
Terlalu banyak mendapat informasi, tapi mungkin bukan dari narasumber yang tepat
Sementara itu dengan lantangnya kita menganggap kita benar
Tanpa sadar kita sudah pergi terlalu jauh dari kebenaran itu
Menyimpang ke jalan yang diberitahu bahkan mungkin dari orang yang salah juga, orang yang tidak tahu jalan sebenarnya untuk sampai ke titik tujuan
Berapa kali lagi harus membuat orang lain menjadi apatis, kecewa, bahkan menangis?
Dengan kata-kata yang begitu menyakitkan, yang sebenarnya terlalu cepat disampaikan hingga menjadikan orang lain terluka
Masihkah ada pribadi yang memperdulikan perasaan orang lain seperti memperdulikan dirinya sendiri? Masih adakah pribadi yang berani mengucap maaf ketika telah menyakiti, meski harus merendahkan dirinya sedemikian rupa?
"Tuhanku bila hati kawanku, terluka oleh tingkah ujarku, dan kehendakku jadi panduku, ampunilah... Jikalau tuturku tak semena, dan aku tolak orang berkesah, pikiran dan tuturku bercela, ampunilah... dan hari ini aku bersembah serta padaMu, Bapa, berserah, berikan daku kasihMu mesra. Amin, amin"
Komentar
Posting Komentar