Palsu
Akhirnya sampai pada perenungan ini
Pernah terpikir bahwa kisah ini mungkin bisa jadi sempurna
Tapi kenyataan lebih sering tak sebanding dengan harapan
Mungkin bisa dibilang sempat terjatuh, tersandung, tapi tak ada niat juga untuk bangun
Lebih suka meratap dan kemudian mengadu
Merasa seolah tak ada yang peduli, tak ada yang ingin membangunkan
Padahal, masih mampu berdiri di atas kaki sendiri
Sekarang mulai mengerti
Betapa pahitnya dikritisi dan bukan dinasehati
Aku mencari, mencari seseorang yang mau memegang tangan ini
Menyadarkan aku
Karna aku juga ingin kembali
Tapi tak ada
Mereka smua menggunjing
Aku tahu itu kebenaran, tapi jadi terasa pahit didengar
Karna dikatakan dengan penuh dengki
Penuh tatap yang menghina dan menuduh
Aku, lalu tak punya keinginan membela diri
Aku jadi hanyaa ingin diam
Melihat dan menunggu
Terserah, sampai kapan mereka mau terus menggunjing
Mungkin jika tak sanggup lagi, aku akan memilih pergi
Tapi yang pasti aku belajar
Bahwa tak semua yang terasa benar harus dibungkus secara arogan
Memangnya ketika merasa benar, berarti kita tak pernah salah?
Memangnya mengumbar salah orang lain membuatmu terlihat benar?
Jangan jangan kau hanya iri
Jangan jangan kau hanya membuat dirimu terlihat hina
Hina karna kau mengaku memperjuangkan kasih, tapi membungkusnya dengan dendam kepada orang lain
Kamu mengaku ingin menyelamatkan banyak orang, tapi mendorong temanmu yang kau katakan temanmu
Dan kau masih bisa tertawa, masih bisa menyindir
Tepat disaat temanmu jatuh dan harus merangkak untuk sampai tujuannya
Terseok seok dan kau menikmati pandangan itu
Supaya kamu bisa sama dengan yang lain
Supaya kau bisa menikmati tawa
Maka bagimu tak apa ada yang dikorbankan....
Pernah terpikir bahwa kisah ini mungkin bisa jadi sempurna
Tapi kenyataan lebih sering tak sebanding dengan harapan
Mungkin bisa dibilang sempat terjatuh, tersandung, tapi tak ada niat juga untuk bangun
Lebih suka meratap dan kemudian mengadu
Merasa seolah tak ada yang peduli, tak ada yang ingin membangunkan
Padahal, masih mampu berdiri di atas kaki sendiri
Sekarang mulai mengerti
Betapa pahitnya dikritisi dan bukan dinasehati
Aku mencari, mencari seseorang yang mau memegang tangan ini
Menyadarkan aku
Karna aku juga ingin kembali
Tapi tak ada
Mereka smua menggunjing
Aku tahu itu kebenaran, tapi jadi terasa pahit didengar
Karna dikatakan dengan penuh dengki
Penuh tatap yang menghina dan menuduh
Aku, lalu tak punya keinginan membela diri
Aku jadi hanyaa ingin diam
Melihat dan menunggu
Terserah, sampai kapan mereka mau terus menggunjing
Mungkin jika tak sanggup lagi, aku akan memilih pergi
Tapi yang pasti aku belajar
Bahwa tak semua yang terasa benar harus dibungkus secara arogan
Memangnya ketika merasa benar, berarti kita tak pernah salah?
Memangnya mengumbar salah orang lain membuatmu terlihat benar?
Jangan jangan kau hanya iri
Jangan jangan kau hanya membuat dirimu terlihat hina
Hina karna kau mengaku memperjuangkan kasih, tapi membungkusnya dengan dendam kepada orang lain
Kamu mengaku ingin menyelamatkan banyak orang, tapi mendorong temanmu yang kau katakan temanmu
Dan kau masih bisa tertawa, masih bisa menyindir
Tepat disaat temanmu jatuh dan harus merangkak untuk sampai tujuannya
Terseok seok dan kau menikmati pandangan itu
Supaya kamu bisa sama dengan yang lain
Supaya kau bisa menikmati tawa
Maka bagimu tak apa ada yang dikorbankan....
Komentar
Posting Komentar