Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Kebahagiaan

Kebahagiaan, begitu banyak dicari dan dipertanyakan, mengapa datangnya tanpa diduga dan begitu sering menghilang Hilang yang tanpa kabar, dan kadang tak tahu harus bagaimana menghadirkannya Ketika kehadirannya tak ada, ia menjadi sesuatu yang begitu berharga Dan membuat banyak orang melakukan sgala sesuatu untuk mendapatkannya Meski kadang segala usaha tak membuat kita kunjung menemukannya Mungkin, kebahagiaan memang harusnya tidak diberi definisi yang jelas Sebab ketika ia dikotak-kotakkan dan dijadikan sebuah definisi, saat itu juga isinya menjadi berkurang Atau justru ada, namun semu.. Ya, kebahagiaan adalah soal rasa Yang harusnya datang tiba-tiba dan mengejutkan Sehingga lebih menyejukkan hati dan menyamankan Karena itu aku memilih menikmati kebahagiaan sebagai sebuah rasa, sehingga datangnya tanpa diduga dan lahir dari diri, bukan definisi yang lahir dari keadaan dan apa kata orang..

Kegelisahan

Salah satu tanda kedewasaan Kristen yang harus diusahakan oleh seorang percaya adalah suatu persetujuan tanpa protes kepada kehendak Allah yang didasarkan pada suatu kepercayaan kepada hikmat, kekudusan, kedaulatan, dan kebaikanNya.. Selama kita dapat melakukannya, kita terhindar dari kekecewaan. Pandangan-pandangan pribadi kita yang terbatas, dan maksud-maksud serta keinginan-keinginan kita yang dangkal, mungkin dan akan sering dikesampingkan; tetapi oleh karena itu, keinginan kita yang utama dan terpenting agar kehendak Tuhan terlaksana, harus digenapi. Betapa mulianya panggilan kita, baik sebagai ciptaan dan sebagai orang berdosa, untuk tunduk kepada pengaturan dari Pencipta kita! Dan betapa pentingnya hal itu jika kita ingin memiliki damai sejahtera! Kemampuan yang agung ini terlalu sering terabaikan dan terlupakan; kita cenderung untuk memusatkan perhatian kita pada sebab-sebab kedua dan penyebab-penyebab langsung dari peristiwa-peristiwa; dengan melupakan bahwa apapun ...

Kasih

Kadang, bagiku sendiri menenangkan Tanpa tuntutan, tanpa celaan, dan tanpa usikan Menyenangkan kala senyum ini bisa dinikmati tanpa harus dibagi Menyejahterakan kala aku tak harus membaginya dengan yang lain Tapi semua itu nyatanya merusak aku sendiri Keegoisan telah merasuk, membuatku hampir tak bisa lagi melihat kepedihan orang lain Dalam alasan menanggung pedih yang sama, aku mengingkari arti kasih sebenarnya Sangat tak nyaman, aku dilanda gelisah dan gelisah lagi Mungkinkah saatnya nanti kutemukan titik keluarnya kenyamanan ini? Tempat yang nyaman untuk berbagi dan juga mengasihi Dengan tulus lagi, dengan penuh belas kasih lagi, dan tanpa kemunafikan..

His Time

Realitas itu mungkin mematikan sementara jantung kita, membuat kita kehilangan nafas dalam waktu yang singkat, atau bahkan dalam kesanggupannya menghilangkan kita lenyap dari dunia ini untuk selamanya Kadang terasa seolah seperti duka, melukai, menyakitkan, dan sangat tidak menyenangkan Itu sebabnya ekspektasi sering dirasa jauh lebih menyamankan Menenangkan dan sampai seringkali menidurkan kita hingga tak tahu waktu kapan harus bangun Berbagai momen dilewati, ada masa ekspektasi harus dibangun supaya punya kekuatan untuk tetap melangkah, setidaknya mencoba Ada masa dimana realita harus dihadapkan di depan mata, dan itu artinya mempertaruhkan jiwa karena ia harus dipersiapkan dengan kuat supaya tidak rapuh Namun dalam kesemuanya itu tidak dapat dipungkiri selalu ada tanganNya yang tak pernah melepas genggaman sang anak Hingga sekali terjatuh, tak sampai tergeletak, dan sekali dicobai, tak pernah melebihi kekuatan yang diberikan Semua proses, semua pengujian, semua tantangan, un...

Forget it

Meski badai itu menerpa dengan begitu kuatnya, ternyata tidak semua tersapu bersih Sisa sisa debu ini masih ada, masih melekat dan menunjukkan keberadaannya yang kuat Entah mengapa sulit sekali terhapus, meski sudah berulang kali dibersihkan Bahkan dengan berbagai cara dan bentuk Tapi aku tak ingin menyerah Jika semuanya harus bersih, aku akan berjuang menghapusnya sampai hilang, meski sakit dan juga pedih Ternyata membuat seolah-olah lantai ini tak pernah berdebu pun sulit Karena setiap melewatinya, jerih payah menyapu dan membersihkannya selalu teringat Hingga tanpa sadar aku kerap diam dan duduk dalam lantai itu Mengulang kenangan kala debu itu ada, masa masa berusaha membersihkannya, dan semuanya terasa begitu pahit Tapi hidup harus terus dijalani, hari demi hari berganti Semoga saja tergerusnya debu di lantai karena air yang terus menetes, juga semakin membuat ingatan ini lupa akan debu itu Debu yang seharusnya tak ada, meski telah menghadirkan memori