#STRUGGLES (#PERGUMULAN-PERGUMULAN) - PART 1

Kita sibuk, tapi bosan.
Kita penuh, tapi hampa.
Kita terhubungkan, tapi lebih kesepian dari yang sudah-sudah.
Hidup diisi dengan banyak kegiatan lebih dari yang sudah-sudah.
Hidup diisi dengan banyak kegiatan lebih daripada yang kita mungkin kira, tapi di akhir hari kita sering merasa hampa. Kita punya harta, mobil, rumah, pakaian, gadget, mainan- lebih banyak daripada generasi mana pun dalam sejarah, tapi kita mendambakan lebih. Secara online, kita lebih terhubungkan dari yang sudah-sudah, tapi kita sering merasa lebih sendirian daripada yang dapat kita lukiskan. Kita tahu Allah meniatkan kita mempunyai sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih. Tapi kita tidak yakin bagaimana cara menemukannya
Alasannya adalah karena kita diciptakan untuk lebih- sesuatu yang lebih lagi. Kita diciptakan bukan untuk bumi melainkan untuk kekekalan. Kita diciptakan bukan untuk disukai melainkan memperlihatkan kasih. Kita diciptakan bukan untuk menarik perhatian pada diri kita sendiri melainkan memberikan kemuliaan bagi Allah. Kita diciptakan bukan untuk mengumpulkan followers melainkan untuk follow Kristus
Tak peduli berapa banyak yang kita punya, itu tidak bisa dibandingkan dengan apa yang tampaknya orang lain punya
Chuck Swindoll diakui dengan perkataan, “Hidup itu sepuluh persennya adalah apa yang terjadi pada anda dan sembilan puluh persennya adalah bagaimana respons anda.”
Dan rahasianya adalah bahwa segala perkara dapat kutanggung bukan dengan kekuatanku sendiri melainkan dengan kekuatan Kristus. Dialah yang memberiku kekuatan Kristus. Dialah yang memberiku kekuatan untuk menangani apa pun yang kualami. Jangan lewatkan kebenaran ini. Anda akan bertempur dengan ketidakcukupan diri hingga anda biarkan Kristus menjadi segala yang anda butuhkan.
“Apakah engkau akan benar-benar bergembira seandainya Aku memberkati mereka? Dan seandainya Aku memberkati mereka lebih daripada Aku memberkatimu sekarang?”
Saya sadar, jawaban jujur saya terhadap pernyataan tersebut tidak akan menghormati Allah. “Tidak. Itu takkan benar-benar membuatku gembira. Berkatilah mereka banyak-banyak, ya Allah. Hanya saja, janganlah berkati mereka sebanyak Engkau berkati gereja kami.” Saya merasa perut saya mual ketika melihat hati saya tidak murni. Hati saya bukanlah soal membangun kerajaan Allah; tapi lebih pada soal membangun kerajaan saya sendiri.
Sama seperti menganggap berkat-berkat Allah dalam hidup saya sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya, saya juga perlu selalu merayakan berkat-berkatNya dalam hidup orang lain, karena kita disuruh “bersukacitalah dengan orang yang bersukacita” (Rm 12:15). Janganlah sampai hidup saya soal saya sendiri. Yesus memanggil kita kepada yang lebih baik, lebih luhur.
Iri artinya membenci kebaikan Allah dalam hidup orang lain dan mengabaikan kebaikan Allah dalam hidup anda sendiri.

Dengan pertolongan Kristus, marilah kita matikan kecenderungan membanding-bandingkan. Iri itu dari dunia dan dari nafsu manusia. Dari setan. Segala perbuatan jahat pasti muncul dari iri hati. Sebagai gantinya, marilah rayakan berkat-berkat yang Allah berikan kepada orang lain. Media sosial seharusnya menjadi tempat melihat apa yang sedang terjadi dalam hidup orang-orang yang anda kasihi, bukan tempat anda jadi iri. Marilah kita bersukacita dengan mereka yang bersukacita. Marilah pelihara sikap bersyukur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dia, Diubahkan, dan Hidup Bagi Dia

Kau terlebih rindu

To be Yours