Magda Lena

Look at me two years ago, dimana gue masih jadi orang yang pendiem dan so cool gimana gitu, pasti ketawa-ketawa sendiri. Ya itulah gue, ga mudah berinteraksi dan bertindak konyol, apalagi sok kenal sama orang yang baru gue kenal. Gue ini kan tipe pemerhati, yang biasa menyelidiki segala sesuatu sebelum memulai interaksi dengan orang lain. hahaha But, waktu terus berjalan dan akhirnya kenallah gue sama temen-temen yang gilanya udah 100% dan rasa-rasanya udah akut sampe ga akan ada obat yang bisa nyembuhin dan buat mereka kembali waras. But, I’m so proudly to have them in my life. Mereka bener-bener bisa nerima gue apa adanya, lengkap dengan plus minus gue, dan mereka buat gue mengerti tentang arti sebuah persahabatan. Dari gue sehat, gue sakit, mereka selalu ada buat gue. Banyak banget ang gue lewatin, dari damai, ribut sama mereka, dan selisih paham rasanya emang biasa banget dalam sebuah persahabatan. Tapi kita sama-sama bisa membuktikan bahwa seperti apapun kekurangan kami ma...

Indonesia tercipta dengan budaya yang berbeda-beda.. Tercipta dari berbagai keyakinan, suku, budaya, pandangan hidup yang tidak sama. Tapi pemimpin kita terdahulu telah berhasil menjadikan bangsa ini suatu bangsa dengan cinta dan cita yang tinggi. Budaya yang bisa menyayangi satu sama lain tanpa membedakan ras. Karena itulah ada semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Tapi fakta yang terjadi di lapangan belakangan ini sungguhlah berbeda. Dalam kebobrokannya, bangsa Indonesia memiliki banyak sekali provokator yang adalah rakyat Indonesia sendiri. Dengan mudahnya terprovokasi dengan individu yang bermasalah yang menudungi dirinya atas nama sebuah lembaga, agama, atau apapun itu. Yang salah dalam hal ini itu ketika kalian mulai bilang bahwa agama ini salah, lembaga itu sesat. Tanpa menganalisa, bahwa di dalamnya masih ada orang benar, yang pandangannya beda dengan orang yang menghujat atau menghina itu. Sumpah gue nangis! Miris banget sih keadaan di Indonesia. Itu murni salah individu, tolong ...

Kalau saja gelap itu bisa berpura-pura menjadi terang.. Berusaha bercahaya di jalan yang gelap.. Bukankah seharusnya aku sang terang harus bisa tulus menerangi semua ini.. Menerangi gelap, dia, dan mereka.. Ajarlah aku menyadari bahwa aku adalah sebuah terang.. Ajar aku menyadari bahwa terang harus menerangi kegelapan.. Buat aku mengerti bahwa tak sepantasnya terang meringkuk kedinginan dalam kegelapan dan meratapi nasibnya.. Aku ini panas, akulah kehangatan, dan akulah pemberi sinar.. Penunjuk jalan, yang membuatmu mengerti arah dimana engkau harus berjalan.. Tak pantas dan hina ketika aku merasuk dalam gelap.. Sesungguhnya tak layak ketika aku.. Terang.. Merasa kegelapan jauh lebih baik dariku.. Karna aku.. Karna akulah dunia bercahaya.. Karena aku dunia memiliki warna, dan karena aku mereka merasakan kesempurnaan sebuah cahaya.. Aku hampir gila.. Ya, aku hampir mati.. Ketika aku tak menyadari bahwa akulah terang.. Ketika aku melihat mereka lebih menyanjung kegelapan...

Ngomongin tentang politik bisa dibilang ga akan ada abis-abisnya.. Lari dari satu permasalahan, muncul masalah lain. Ngomongin tentang kesalahan pemimpin, ketidakpedulian pemimpin, yang pada akhirnya dikaitkan sebagai faktor munculnya apatisme dari masyarakat. Beberapa hal udah jadi contoh nyata, dengan adanya kekecewaan dan ketidakmauan masyarakat buat memilih secara objektif wakil-wakil rakyatnya.. Sedih dan miris banget kalo ngeliat masyarakat kita, dimana seharusnya menjadi penentu mereka yang duduk dalam kekuasaan dan kenyamanan sebagai pemerintah, malah menjadi orang-orang bodoh yang gampang banget diprovokasi demi kepentingan-kepentingan penguasa. Kasian banget deh.. Ketidaksadaran akan kemampuan masyarakat sebagai penguasa dan penentu tertinggi masa depan bangsa ini lambat laun makin tinggi dengan terbuktinya keadaan negara kita saat ini. Bagaimana engga, rakyat jaman sekarang cenderung milih pemimpin karena alasan kedekatan pribadi ataupun juga atas dasar faktor-fakt...